نويت توكلت علي الله

نويت توكلت علي الله
ngawiti ingsun kelawan nyebut asmane ALLAH

Sabtu, 15 Desember 2012

Membuat Kaligrafi

Kaligrafi-Desain: Membuat Kaligrafi dengan Aplikasi Kelk: Kaligrafi Desain  |  بسم الله الرحمن الرحيم Mendengar aplikasi membuat kaligrafi saya sedikit terkejut.. "Waaw..Asik juga nihh...ada apli...

Rabu, 12 Desember 2012

Cool and Ront

Cool August: Cara Menghilangkan bulu supaya tidak tumbuh lagi: Menghilangkan bulu supaya tidak tumbuh lagi Setelah bulu dicukur sampe abis, oleskan campuran dari minyak tanah,kapur barus dan tawas de...

Rabu, 05 Desember 2012

Line Liric

SUN MEDIA SHARED: Lirik Lagu Dangdut Kesunyian - Evie Tamala: Sunyinya malam ini tanpa dirimu kasih, sendiri  Andaikan kau di sini menemani diriku, berdua.  Bercerita tentang indahnya bulan.  Bercer...

Jumat, 19 Oktober 2012

Lolongan Tengah Malam: Bidadari di Laguna Sempu

Lolongan Tengah Malam: Bidadari di Laguna Sempu: “Semangat, go go go..!!!” begitulah pekik Ayuck menyemangati dirinya sendiri akibat rasa letih yang menyergap. Meski berulang kali berhen...

Sabtu, 29 September 2012

STATUS GOKIL

Free 4 All Area: KUMPULAN STATUS GOKIL+NGAKAK BUAT UPDATE STATUS FA...: Yang doyan apdet status di FB, ayo apdet status pake status status gila di bawah ni... Dijamin langsung ngakak guling guling!!! Monggo dis...

Senin, 17 September 2012

INNOCENCE OF MUSLIMS

BEST SEO EASY: KONTROVERSI FILM "INNOCENCE OF MUSLIMS, PENYEBAB T...: KONTROVERSI FILM "INNOCENCE OF MUSLIMS, PENYEBAB TEWASNYA DUBES AMERIKA DI LIBYA . Sebuah cuplikan film kontroversial yang muncul di Youtub...

Minggu, 12 Agustus 2012

Syari'at, Thoriqot, Haqiqot, dan Ma'rifat

Informasi Kita: Syariat, Thoriqot, Hakekat, Makrifat: SYARI’AT Syari’at secara bahasa adalah syara’ ‘a-yasrou, sedangkan menurut syara’ adalah memberikan jalan kepada mereka atau menjelaskan...

Rabu, 08 Agustus 2012

pacaran haram

Umhy CaLtzum's Note: Hukum pacaran dalam Islam: Bismillahirahmanirrahim Pacaran, bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita. dimana para remaja melakoni hubungan yang tidak syar'i itu. seben...

Sabtu, 28 Juli 2012

Aku dan Mimpiku

PERMADANI: Aku dan Mimpiku: by : Sekjen Untuk kali pertama saya tidur siang hari di surau itu. Dalam tidurku aku bermimpi seolah memberikan jawaban dari perjuanganku. ...

PERMADANI HATI

PERMADANI: Arti Sebuah Mimpi (aku sedang kasmaran): by : Sekjen Mimpi itu seakan tak mau lepas keluar dari ingatanku. Semakin aku mencoba membuangnya semakin aku ingin mengenal lebih dekat si...

Untaian Mutiara

PERMADANI: “lainsyakartum laaziidannakum walainkarfartum inna...: “lainsyakartum laaziidannakum walainkarfartum inna ‘adzaabii lasyadid” “jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah ni’mat-Ku padamu tetapi...

Jumat, 15 Juni 2012

Tanda-tanda Bahwa Pasangan Anda Puas?

purnomocepuk blog: Tanda-tanda Bahwa Pasangan Anda Puas?: Perhatikan dengan seksama istri anda : Jika mudah membuat Istri anda mencapai orgasme, mungkin banyak pria tidak akan pusing apakah Istri ...

Kode Bercinta seorang Wanita

purnomocepuk blog: Kode Bercinta seorang Wanita: Memainkan kode rahasia saat di atas ranjang merupakan sebuah adegan seru yang tak boleh dilewatkan. Asal dilakukan dengan tepat, Anda dan p...

Tanda-tanda Wanita menolak Cinta

purnomocepuk blog: Tanda-tanda Wanita menolak Cinta: Setiap pria tentu saja kecewa ketika cintanya kepada seorang wanita harus bertepuk sebelah tangan. Mereka pun lantas beranggapan bahwa selu...

Selasa, 05 Juni 2012

anak rantau: cinta sejati

anak rantau: cinta sejati: Tahukah anda arti cinta sejati yang sesungguhnya? sebenarnya itu adalah kehampaan. Kalaupun itu hanyalah sebuah kumpulan kata-kata tanpa ma...

Minggu, 03 Juni 2012

10 cara memuji wanita

Klee: 10 cara memuji wanita: 10 Cara Memuji Wanita Pria Harus Tahu 10 Cara memuji atau merayu wanita yang pria harus ketahui. Kenapa sih kok pria-pria harus memuji...

Selasa, 08 Mei 2012

Pilihan Sendiri atau
Murabbi
Bismillahirrahmanirrahim…
Ada banyak cerita yang aku dapatkan
tentang proses ta’aruf selama ini. Dari
sekian banyak cerita, ternyata ada yang
sungguh dramatis dan tragis. Seperti
apakah ceritanya?
Seperti judul di atas, cerita ta’aruf yang
akan diangkat di sini tentang pilihan sendiri
atau pilihan murabbi. Ada yang pernah
bilang: “Salah ga sih kalo ada ikhwan yang
sudah punya pilihan sendiri kemudian
mengajukan sebuah nama kepada
murabbinya?”
Tentu hal ini tak salah dan tak melanggar
syar’i. Ketika memang sudah ada
kecenderungan dengan seorang akhwat dan
memang sudah siap nikah, maka
keberanian mengajukan sebuah nama
kepada seorang murabbi bukanlah hal yang
tak syar’i. Banyak yang bilang bahwa ketika
sudah menunjuk sebuah nama, apalagi
misalnya satu organisasi, sering
berinteraksi selama ini, khawatir bahwa
sudah terkotori dengan hal-hal yang tak
suci. Itu semua hanya kekhawatiran yang
seharusnya diikhtiarkan dengan menjaga
prosesnya.
Apakah proses ta’aruf itu hanya dengan
orang yang belum dikenal sama sekali?
Ingatkah kita kisah Fatimah dan Ali? Mereka
berdua adalah sepupu, sudah saling kenal.
Ali mencintai Fatimah karena akhlaq
Fatimah yang begitu mulia ketika ia lihat
dalam kesehariannya. Begitu pun Fatimah
yang ternyata telah mencintai Ali sebelum
menikah dengan Ali. Ingatkah pula kita
kisah Salman Al Farisi yang berkehendak
meminang seorang wanita dengan bantuan
Abu Darda? Bukankah Salman memang
telah ada kecenderungan terlebih dahulu
pada wanita itu hingga akhirnya meminta
Abu Darda meminangkan wanita itu untuk
Salman? Namun memang pada akhirnya,
Salman tak berjodoh dengan wanita itu
karena wanita itu menginginkan Abu Darda
sebagai suaminya.
Jadi, memang tak salah jika seorang ikhwan
sudah memiliki kecenderungan terlebih
dulu terhadap seorang akhwat dan berani
mengajukan nama kepada murabbinya. Nah
kadang yang jadi masalah itu adalah
bagaimana mengkomunikasikan hal ini
kepada murabbi.
Yuk, simak dua kisah berikut ini.
Ada seorang ikhwan yang sudah memiliki
kecenderungan dengan seorang akhwat satu
organisasi. Ia pun siap menikah. Namun,
dalam prosesnya, ia tak meminta sang
murabbi sebagai fasilitatornya, melainkan
meminta sang kawan yang menjadi
fasilitatornya. Hal ini ia lakukan karena
sang murabbi sudah punya proyeksi
akhwat untuk ikhwan ini, yang tak lain tak
bukan adalah adik sang murabbi sendiri,
ada rasa tak enak mungkin. Sebenarnya tak
masalah jika murabbi bukan sebagai
fasilitator proses ta’aruf, asal
dikomunikasikan dari awal. Entah mungkin
merasa tak enak dengan sang murabbi,
akhirnya ikhwan itu berproses dengan
akhwat tersebut lewat jalur ‘swasta’, yang
ternyata akhwat ini pun punya
kecenderungan yang sama, yang lagi-lagi
juga sama, tak mengkomunikasikan dengan
murabbinya. Hingga akhirnya menjelang
menikah, barulah mereka berdua bilang ke
murabbinya.
Lantas bagaimana tanggapan sang murabbi?
Murabbi sang ikhwan bilang: “Antum cari
aja murabbi lain…”.Jleb. Dalem euy, hingga
akhirnya sang ikhwan ‘kabur’ dari lingkaran.
Begitu pun dengan sang akhwat, ternyata
keluar juga dari lingkarannya. Dan mereka
menikah. Namun amat disayangkan karena
ternyata pernikahan mereka tak sesuai yang
diharapkan. Ikhwan yang di mata sang
akhwat begitu dewasa ketika dalam
organisasi, ternyata begitu kekanakan
dalam rumah tangga. Dan sang akhwat
ingin segera bercerai walaupun sudah
dikaruniai seorang anak. Huuffh… apakah
ini sebuah pernikahan yang tak diridhoi
murabbi?
Kisah kedua lain lagi ceritanya. Jika cerita
pertama terkesan tak menghargai
murabbinya, maka cerita kedua
kebalikannya. Ada seorang ikhwan yang
sudah siap menikah dan sudah punya
kecenderungan dengan akhwat yang sudah
dikenalnya. Namun kemudian sang
murabbi menawarkan akhwat lain untuk
berproses dengannya. Karena sang ikhwan
begitu tsiqah dengan murabbinya terkait
masalah jodohnya ini, maka ia pun
menerima tawaran sang murabbi untuk
berta’aruf dengan akhwat pilihan murabbi
yang belum ia kenal sebelumnya.
Proses pun lancar hingga akhirnya
diputuskan tanggal pernikahan. Namun apa
yang dilakukan sang ikhwan sepekan
menjelang pernikahannya? Ia mengirim
email kepada akhwat yang dicenderunginya
itu, mengatakan bahwa ia siap
membatalkan pernikahannya jika sang
akhwat meminta untuk membatalkannya.
Lantas apa reaksi sang akhwat? Akhwat itu
hanya bilang: “jangan bodoh Antum,
seminggu lagi Antum udah mau nikah,
undangan udah disebar, apa ga malu nanti
keluarga besar Antum?”
Dan akhirnya ikhwan itu tetap menikah
dengan akhwat pilihan murabbinya.
Qadarullah, setelah beberapa minggu
menikah, sang istri rupanya melihat email
yang dikirim sang ikhwan ke seorang
akhwat yang dicenderungi sang ikhwan.
Kaget luar biasa tentunya dan akhirnya sang
istri menemui akhwat tersebut dan bilang:
“kenapa mba ga bilang kalo ikhwan itu
udah ada kecenderungan dengan mba dan
begitu pun dengan mba udah ada
kecenderungan dengan dia. Kalo saya tahu,
saya akan membatalkan pernikahan saya,
mba…”. Dan entahlah bagaimana kisah
selanjutnya.
Ya. Itu dua kisah yang amat dramatis dan
tragis tentang sebuah proses ta’aruf menuju
jenjang pernikahan. Yang satu punya
pilihan sendiri dan mengikuti pilihannya
sendiri tanpa mengkomunikasikannya
dengan sang murabbi sedangkan yang
satunya lagi memilih pilihan murabbi
walaupun sudah punya pilihan sendiri, dan
lagi-lagi tak mengkomunikasikan tentang
pilihan sendirinya ini kepada sang
murabbi.
Jika dilihat dua kasus di atas, apa
sebenarnya yang menjadi kunci dari
masalah ini? K-O-M-U-N-I-K-A-S-I. Ya,
komunikasi antara sang ikhwan dan
murabbi yang bermasalah. Padahal jika
saja hal-hal dalam penjemputan jodoh
dikomunikasikan dengan baik kepada sang
murabbi, maka tak akan terjadi kisah tragis
dan dramatis seperti di atas. Namun karena
kisah ini sudah terjadi, maka semoga
menjadi pelajaran bagi kita yang mungkin
sedang berikhtiar kearah sana.
Hilangkan rasa sungkan untuk
mengkomunikasikan kepada murabbi jika
memang sudah punya pilihan sendiri.
Begitu pun dengan seorang Murabbi,
alangkah lebih baik menanyakan terlebih
dulu kepada binaannya apakah sang binaan
sudah mempunyai pilihan atau belum,
karena mungkin ada yang sungkan untuk
mengatakannya pada Murabbi.
Bagaimanapun seorang murabbi adalah
orangtua kita, yang tau banyak tentang kita,
sudah selayaknya kita pun menghargainya,
setidaknya berdiskusi dengan murabbi
untuk setiap pilihan kita, tentunya
berdiskusi pula dengan orangtua kandung
kita. Intinya, sama-sama dikomunikasikan
kepada orangtua maupun murabbi. Entah
jika memang sudah punya pilihan sendiri
atau pilihan murabbi. Semoga kedua kisah
di atas tak menimpa kita. Aamiin.
Tulisan ini dibuat hanya untuk
mengingatkan kita tentang proses ta’aruf
yang menjadi gerbang awal sebuah
pernikahan, sudah selayaknya proses
ta’aruf itu terjaga dari segala bentuk
ketidaksucian niat, ikhtiar dan tawakal. Hati-
hati juga jika kemudian timbul bisikan-
bisikan setan akibat berlama-lama dalam
menyegerakan jika memang sudah siap
menikah dan sudah punya pilihan

Memilih Sendiri atau mengikuti tuntunan ALLAH

Pilihan Sendiri atau
Murabbi
Bismillahirrahmanirrahim…
Ada banyak cerita yang aku dapatkan
tentang proses ta’aruf selama ini. Dari
sekian banyak cerita, ternyata ada yang
sungguh dramatis dan tragis. Seperti
apakah ceritanya?
Seperti judul di atas, cerita ta’aruf yang
akan diangkat di sini tentang pilihan sendiri
atau pilihan murabbi. Ada yang pernah
bilang: “Salah ga sih kalo ada ikhwan yang
sudah punya pilihan sendiri kemudian
mengajukan sebuah nama kepada
murabbinya?”
Tentu hal ini tak salah dan tak melanggar
syar’i. Ketika memang sudah ada
kecenderungan dengan seorang akhwat dan
memang sudah siap nikah, maka
keberanian mengajukan sebuah nama
kepada seorang murabbi bukanlah hal yang
tak syar’i. Banyak yang bilang bahwa ketika
sudah menunjuk sebuah nama, apalagi
misalnya satu organisasi, sering
berinteraksi selama ini, khawatir bahwa
sudah terkotori dengan hal-hal yang tak
suci. Itu semua hanya kekhawatiran yang
seharusnya diikhtiarkan dengan menjaga
prosesnya.
Apakah proses ta’aruf itu hanya dengan
orang yang belum dikenal sama sekali?
Ingatkah kita kisah Fatimah dan Ali? Mereka
berdua adalah sepupu, sudah saling kenal.
Ali mencintai Fatimah karena akhlaq
Fatimah yang begitu mulia ketika ia lihat
dalam kesehariannya. Begitu pun Fatimah
yang ternyata telah mencintai Ali sebelum
menikah dengan Ali. Ingatkah pula kita
kisah Salman Al Farisi yang berkehendak
meminang seorang wanita dengan bantuan
Abu Darda? Bukankah Salman memang
telah ada kecenderungan terlebih dahulu
pada wanita itu hingga akhirnya meminta
Abu Darda meminangkan wanita itu untuk
Salman? Namun memang pada akhirnya,
Salman tak berjodoh dengan wanita itu
karena wanita itu menginginkan Abu Darda
sebagai suaminya.
Jadi, memang tak salah jika seorang ikhwan
sudah memiliki kecenderungan terlebih
dulu terhadap seorang akhwat dan berani
mengajukan nama kepada murabbinya. Nah
kadang yang jadi masalah itu adalah
bagaimana mengkomunikasikan hal ini
kepada murabbi.
Yuk, simak dua kisah berikut ini.
Ada seorang ikhwan yang sudah memiliki
kecenderungan dengan seorang akhwat satu
organisasi. Ia pun siap menikah. Namun,
dalam prosesnya, ia tak meminta sang
murabbi sebagai fasilitatornya, melainkan
meminta sang kawan yang menjadi
fasilitatornya. Hal ini ia lakukan karena
sang murabbi sudah punya proyeksi
akhwat untuk ikhwan ini, yang tak lain tak
bukan adalah adik sang murabbi sendiri,
ada rasa tak enak mungkin. Sebenarnya tak
masalah jika murabbi bukan sebagai
fasilitator proses ta’aruf, asal
dikomunikasikan dari awal. Entah mungkin
merasa tak enak dengan sang murabbi,
akhirnya ikhwan itu berproses dengan
akhwat tersebut lewat jalur ‘swasta’, yang
ternyata akhwat ini pun punya
kecenderungan yang sama, yang lagi-lagi
juga sama, tak mengkomunikasikan dengan
murabbinya. Hingga akhirnya menjelang
menikah, barulah mereka berdua bilang ke
murabbinya.
Lantas bagaimana tanggapan sang murabbi?
Murabbi sang ikhwan bilang: “Antum cari
aja murabbi lain…”.Jleb. Dalem euy, hingga
akhirnya sang ikhwan ‘kabur’ dari lingkaran.
Begitu pun dengan sang akhwat, ternyata
keluar juga dari lingkarannya. Dan mereka
menikah. Namun amat disayangkan karena
ternyata pernikahan mereka tak sesuai yang
diharapkan. Ikhwan yang di mata sang
akhwat begitu dewasa ketika dalam
organisasi, ternyata begitu kekanakan
dalam rumah tangga. Dan sang akhwat
ingin segera bercerai walaupun sudah
dikaruniai seorang anak. Huuffh… apakah
ini sebuah pernikahan yang tak diridhoi
murabbi?
Kisah kedua lain lagi ceritanya. Jika cerita
pertama terkesan tak menghargai
murabbinya, maka cerita kedua
kebalikannya. Ada seorang ikhwan yang
sudah siap menikah dan sudah punya
kecenderungan dengan akhwat yang sudah
dikenalnya. Namun kemudian sang
murabbi menawarkan akhwat lain untuk
berproses dengannya. Karena sang ikhwan
begitu tsiqah dengan murabbinya terkait
masalah jodohnya ini, maka ia pun
menerima tawaran sang murabbi untuk
berta’aruf dengan akhwat pilihan murabbi
yang belum ia kenal sebelumnya.
Proses pun lancar hingga akhirnya
diputuskan tanggal pernikahan. Namun apa
yang dilakukan sang ikhwan sepekan
menjelang pernikahannya? Ia mengirim
email kepada akhwat yang dicenderunginya
itu, mengatakan bahwa ia siap
membatalkan pernikahannya jika sang
akhwat meminta untuk membatalkannya.
Lantas apa reaksi sang akhwat? Akhwat itu
hanya bilang: “jangan bodoh Antum,
seminggu lagi Antum udah mau nikah,
undangan udah disebar, apa ga malu nanti
keluarga besar Antum?”
Dan akhirnya ikhwan itu tetap menikah
dengan akhwat pilihan murabbinya.
Qadarullah, setelah beberapa minggu
menikah, sang istri rupanya melihat email
yang dikirim sang ikhwan ke seorang
akhwat yang dicenderungi sang ikhwan.
Kaget luar biasa tentunya dan akhirnya sang
istri menemui akhwat tersebut dan bilang:
“kenapa mba ga bilang kalo ikhwan itu
udah ada kecenderungan dengan mba dan
begitu pun dengan mba udah ada
kecenderungan dengan dia. Kalo saya tahu,
saya akan membatalkan pernikahan saya,
mba…”. Dan entahlah bagaimana kisah
selanjutnya.
Ya. Itu dua kisah yang amat dramatis dan
tragis tentang sebuah proses ta’aruf menuju
jenjang pernikahan. Yang satu punya
pilihan sendiri dan mengikuti pilihannya
sendiri tanpa mengkomunikasikannya
dengan sang murabbi sedangkan yang
satunya lagi memilih pilihan murabbi
walaupun sudah punya pilihan sendiri, dan
lagi-lagi tak mengkomunikasikan tentang
pilihan sendirinya ini kepada sang
murabbi.
Jika dilihat dua kasus di atas, apa
sebenarnya yang menjadi kunci dari
masalah ini? K-O-M-U-N-I-K-A-S-I. Ya,
komunikasi antara sang ikhwan dan
murabbi yang bermasalah. Padahal jika
saja hal-hal dalam penjemputan jodoh
dikomunikasikan dengan baik kepada sang
murabbi, maka tak akan terjadi kisah tragis
dan dramatis seperti di atas. Namun karena
kisah ini sudah terjadi, maka semoga
menjadi pelajaran bagi kita yang mungkin
sedang berikhtiar kearah sana.
Hilangkan rasa sungkan untuk
mengkomunikasikan kepada murabbi jika
memang sudah punya pilihan sendiri.
Begitu pun dengan seorang Murabbi,
alangkah lebih baik menanyakan terlebih
dulu kepada binaannya apakah sang binaan
sudah mempunyai pilihan atau belum,
karena mungkin ada yang sungkan untuk
mengatakannya pada Murabbi.
Bagaimanapun seorang murabbi adalah
orangtua kita, yang tau banyak tentang kita,
sudah selayaknya kita pun menghargainya,
setidaknya berdiskusi dengan murabbi
untuk setiap pilihan kita, tentunya
berdiskusi pula dengan orangtua kandung
kita. Intinya, sama-sama dikomunikasikan
kepada orangtua maupun murabbi. Entah
jika memang sudah punya pilihan sendiri
atau pilihan murabbi. Semoga kedua kisah
di atas tak menimpa kita. Aamiin.
Tulisan ini dibuat hanya untuk
mengingatkan kita tentang proses ta’aruf
yang menjadi gerbang awal sebuah
pernikahan, sudah selayaknya proses
ta’aruf itu terjaga dari segala bentuk
ketidaksucian niat, ikhtiar dan tawakal. Hati-
hati juga jika kemudian timbul bisikan-
bisikan setan akibat berlama-lama dalam
menyegerakan jika memang sudah siap
menikah dan sudah punya pilihan

Rabu, 02 Mei 2012

Daftar Jenis Mobil Yang Boleh Pakai BBM Subsidi

Catatan Harri Pranata: Daftar Mobil yang boleh pakai premium: Pemerintah siap melakukan pembatasan penggunaan bahan bakar minyak bersubsidi mulai awal Mei mendatang. Salah satu opsi yang dipilih adalah ...

Sabtu, 28 April 2012

AchoeBlogger: KASIH TAK SAMPAI

AchoeBlogger: KASIH TAK SAMPAI: Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya....

AchoeBlogger: nyesal

AchoeBlogger: nyesal: hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya…...

Kamis, 19 April 2012

Rabu, 11 April 2012

Pacaran Bukan Budaya Islam

Cinta adalah Fitrah
Rasa cinta pasti ada pada makhluk yang bernyawa
karena cinta adalah merupakan fitrah, naluriah
dan sunnatullah. Cinta adalah satu kata yang
tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi di kalangan
remaja, karena sudah menjadi anggapan umum
bahwa cinta identik dengan ungkapan rasa
sepasang sejoli yang dimabuk asmara. Ada yang
mengatakan cinta itu suci, cinta itu agung, cinta
itu indah dan saking indahnya tak bisa
diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa
dirasakan dll. Bahkan saking indahnya cinta,
setan pun berubah menjadi bidadari. Yang jelas
karena cinta, banyak orang yang merasa bahagia
namun sebaliknya karena cinta banyak pula orang
yang dibuat tersiksa dan merana. Cinta dapat
membuat seseorang menjadi sangat mulia, dan
cinta pula yang menjadikan seseorang menjadi
sangat tercela.
Cinta adalah topik terindah dalam pembicaraan
remaja. Cinta memberi warna dalam setiap tindak
tanduk dan pemikiran, khususnya remaja, dan
lebih khusus lagi adalah wanita, sebagaimana
dikatakan seorang pujangga, “Hati wanita hanya
mengenal satu kegembiraan di atas dunia ini,
yaitu mencinta dan dicinta.”
Remaja tidak mungkin dipaksa menanggalkan
rasa cinta. Ia hadir, terasa dan yang membuat
hidup menjadi indah, itulah cinta. Tanpa cinta
hidup ini terasa hampa dan kurang bersemangat.
Cinta yang Salah
Namun, cinta juga berakibat fatal apabila kita
salah dalam mempraktekkannya dengan
mengedepankan syahwat dan hawa nafsu, karena
nafsu tidak akan pernah ada puasnya sampai
kapanpun. Seseorang yang terperangkap dalam
cinta syahwat dan hawa nafsu akan selalu tersiksa
dan bahkan menjadi budak setan dan hawa
nafsunya sendiri yang semestinya dia menjadi
hamba Allah Ta’ala.
Diantara contoh cinta yang salah adalah yang
dikenal dengan istilah pacaran. Islam tidak
mengenal istilah pacaran dan proses pernikahan
tidak boleh didahului dengan pacaran. Pacaran
bukanlah ukuran untuk menilai seseorang karena
pacaran penuh dengan kepalsuan dan
kebohongan. Apalagi kalau sampai pacaran itu
berbuah pergaulan bebas dan perzinahan.
Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan kita semua,
amien.
Diantara Penyebab Cinta yang Salah
Penyebab utama terjadinya cinta yang salah ini
adalah karena Fudlulu An-Nadhor (banyak
memandang), maksud dari pada banyak
memandang adalah melepaskan pandangan
kepada sesuatu dengan sepenuh mata dan
memandang kepada apa yang tidak halal untuk di
pandang.
Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah kepada
orang laki-laki yang beriman: Hendaklah
mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya, yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka
perbuat. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
(Q.S.An-Nur:30-31)
Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah –
Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam
bersabda: “Telah di tetapkan kepada manusia
bagiannya dari perzinahan, ia pasti melakukan hal
itu. Kedua mata zinanya adalah memandang,
kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah
zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah
memukul (meraba), kaki zinanya adalah
melangkah, hati berkeinginan dan berangan-
angan, dan yang membenarkan atau
menggagalkan semua itu adalah kemaluan.”
(HR.Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
Dari Jarir Radhiallahu 'Anhu berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala
Alihi Wa Sallam tentang pandangan yang tiba-tiba
(tidak sengaja), Beliau menjawab: “Alihkan
pandanganmu.”
(HR.Muslim, At-Tirmidzi, Ad-Darimy dan Ahmad)
Bahaya Fudlulu An-Nadhor (Banyak
Memandang)
Berlebihan memandang dengan mata
menimbulkan anggapan indah apa yang
dipandang dan bertautnya hati yang memandang
kepadanya. Selanjutnya terlahirlah berbagai
kerusakan dan bencana dalam hatinya.
Diantaranya:
Pertama, pandangan adalah anak panah beracun
diantara anak panah iblis, barangsiapa
menundukkan pandangannya karena Allah Ta'ala,
Dia akan berikan kepadanya kenikmatan dan
kedamaian dalam hatinya yang ia rasakan sampai
bertemu denganNya.
Kedua, masuknya setan ketika seseorang
memandang. Sesungguhnya masuknya setan
lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke
ruangan hampa. Setan akan menjadikan wujud
yang dipandang seakan-akan indah,
menjadikannya sebagai berhala tautan hati.
Kemudian mengobral janji dan angan-angan.
Lalu, ia nyalakan api syahwat dan ia lemparkan
kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin
melakukannya tanpa adanya gambaran wujud
yang dipandangnya.
Ketiga, pandangan menyibukkan hati,
menjadikannya lupa akan hal-hal yang bermanfaat
baginya, dan menjadi penghalang antara
keduanya. Akhirnya, urusannyapun menjadi
kacau, ia selalu lalai dan mengikuti hawa
nafsunya. Allah Ta'ala berfirman: “Dan janganlah
kamu taat kepada orang yang telah Kami
lalaikan hatinya dari dzikir kepada Kami dan
mengikuti hawa nafsunya serta urusannya
kacau- balau.” (Q.S.Al-Kahfi: 28). Demikianlah,
melepaskan pandangan secara bebas
mengakibatkan tiga bencana ini.
Dari Mata Turun Ke Hati
Para dokter hati (ulama) bertutur, “Antara mata
dan hati ada kaitan yang sangat erat, bila mata
telah rusak dan buruk, maka hatipun rusak dan
buruk. Hati seperti ini ibarat tempat sampah yang
berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang
menjijikkan. Ia tidak layak dihuni cinta dan
ma’rifatullah, tidak akan merasa tenang dan
damai bersama Allah Ta'ala dan tidak akan mau
Inabah (kembali) kepada Allah Ta'ala. Yang tinggal
di dalamnya adalah kebalikan dari semua itu.”
Membiarkan pandangan lepas adalah maksiat
kepada Allah Ta'ala dan dosa sebagaimana
firmanNya pada An-Nur 30 dan 31 yang telah
disebutkan.
Allah Ta'ala berfirman: “Dia mengetahui
(pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan oleh hati”. (QS. Ghafir / Al-
Mukmin: 19).
Membiarkan pandangan lepas menyebabkan hati
menjadi gelap, sebagaimana menahan pandangan
menyebabkan hati bercahaya. Bila hati telah
bersinar maka seluruh kebaikan akan masuk
kedalamnya dari segala penjuru, sebaliknya
apabila hati telah gelap maka akan masuk
kedalamnya berbagai keburukan dan bencana
dari segala penjuru.
Seorang yang shalih berkata, ”Barangsiapa
mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah,
mengisi batinnya dengan muroqobah (merasa
diawasi Allah Ta'ala), menjaga pandangannya dari
yang diharamkan, menjaga dirinya dari yang
syubhat (belum jelas halal haramnya) dan hanya
memakan yang halal, pasti firasatnya tidak akan
meleset.”
Macam-Macam Cinta:
1. Mahabbatullah (Cinta Allah).
Cinta macam ini saja belum cukup untuk
menyelamatkan seseorang dari api neraka dan
memasukkannya kedalam surga karena orang-
orang musyrik juga mencintai Allah.
2. Mencintai Apa Yang Dicintai Allah.
Cinta macam inilah yang memasukkan seseorang
kedalam Islam dan mengeluarkannya dari
kekafiran, dan orang yang paling dicintai Allah
adalah orang yang kuat dalam cinta ini.
3. Cinta Karena Allah dan Untuk Allah.
Cinta ini adalah wajib seperti mencintai para
kekasih Allah dan membenci musuh-musuhNya,
cinta ini adalah penyempurna dan konsekuensi
cinta Allah.
4. Cinta Yang Lain Bersama Allah.
Cinta ini adalah cinta syirik yaitu cinta kepada
selain Allah yang menjadikan seseorang takut,
mengagungkan dan memuliakan yang semua ini
semestinya hanya layak untuk Allah semata. Atau
mencintai selain Allah seperti mencintai Allah
bahkan melebihinya.
5. Cinta biasa.
Yaitu cinta manusia terhadap apa-apa yang di
sukainya dan merupakan tabi’atnya, seperti cinta
harta, anak, isteri dll. Cinta macam ini tidak
tercela kecuali apabila menjadikan seseorang lalai
dan tersibukkan olehnya daripada ketaatan
kepada Allah.
Cinta yang Benar
Terus bagaimana cinta yang benar, yang
mendatangkan kebahagiaan, kedamaian dan
ketenteraman?
Allah Ta'ala berfirman:
Katakanlah: "jika bapak-bapak , anak-anak ,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan
Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan Nya". Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(QS. At-Taubah: 24).
Cinta Allah Ta'ala dan RasulNya –Shallallahu
‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam serta Berjihad di
JalanNya:
Katakanlah: Jika bapak-bapakmu (termasuk ibu-
ibumu), anak-anak, saudara-saudara senasab,
isteri-isteri, kaum keluargamu (yaitu keluarga
secara umum), harta kekayaan yang kamu
usahakan yang kamu rela untuk susah payah
dalam mendapatkannya (disebutkan secara
khusus karena ini adalah yang paling dicintai
oleh pemiliknya dan dia sangat tamak atasnya
berbeda dengan orang yang mendapatkan harta
tanpa susah payah), perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya (dan ini mencakup seluruh
perniagaan dan usaha dagang) dan tempat tinggal
yang kamu sukai karena kemewahan dan
keindahannya serta sesuai dengan selera yang
kamu inginkan.
Apabila hal-hal tersebut diatas lebih kamu cintai
dari Allah dan RasulNya dan dari jihad di
jalanNya maka kamu adalah orang-orang yang
dzalim lagi fasik. Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan hukumanNya kepadamu yang tiada
seorangpun mampu menolak keputusanNya.
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik”, yaitu orang-orang keluar dari
ketaatan kepada Allah dan mendahulukan cinta
kepada yang lain daripada cinta kepada Allah.
Ayat ini adalah dalil terbesar atas kewajiban
mencintai Allah dan RasulNya serta
mendahulukan cinta kepada keduanya diatas
segala sesuatu.
Dan ancaman yang keras serta kemurkaan yang
pasti terhadap siapa saja yang lebih mencintai
hal-hal yang telah disebutkan daripada cinta
kepada Allah dan RasulNya serta berjihad di
jalanNya.
Tanda atau Bukti Cinta Allah Ta'ala dan Cinta
RasulNya –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa
Sallam:
Apabila kita dihadapkan pada dua perkara, yang
satu dicintai Allah dan RasulNya dan diri kita
tidak mempunyai keinginginan terhadapnya dan
perkara yang lain diri kita menginginkan dan
menyukainya akan tetapi menyebabkan kita
kehilangan perkara yang dicintai Allah dan
RasulNya atau menguranginya. Jika kita
mendahulukan perkara yang diinginkan oleh diri
kita atas perkara yang dicintai Allah maka ini
adalah bukti kita berlaku dzalim, meninggalkan
apa yang wajib atas kita.
Bagaimanakah Mencintai Allah Ta'ala?
Mencintai Allah adalah patuh dan tunduk dengan
mengagungkan, memuliakan, takut dan
mengharapkan.
Termasuk cinta kepada Allah adalah mencintai
tempat-tempat yang dicintai Allah, seperti:
Makkah, Madinah dan masjid-masjid pada
umumnya.
Juga mencintai waktu-waktu yang dicintai Allah,
seperti: Bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama
bulan Dzul Hijjah, penghujung malam dll.
Mencintai orang-orang yang dicintai Allah,
seperti: Para nabi dan rasul, para malaikat,
shiddiqin, syuhada dan shalihin.
Mencintai perbuatan-perbuatan yang dicintai
Allah, seperti: Shalat, zakat, shaum (puasa), haji,
dan ucapan-ucapan, seperti: Dzikir, membaca Al-
Qur’an dll.
Termasuk cinta kepada Allah pula adalah
mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada
kesenangan, syahwat dan keingininan diri sendiri.
Termasuk cinta kepada Allah adalah membenci
apa dan siapa yang dibenci Allah, yaitu dengan
membenci orang-orang kafir, munafik, fasik dan
para pelaku maksiat. Kita wajib baraa’ dan
berlepas diri dari mereka, karena termasuk
pembatal cinta ini adalah sikap walaa’ (loyal dan
cinta) kepada mereka.
Diantara yang menafikan cinta ini adalah
membenci Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala
Alihi Wa Sallam atau sebagian dari ajarannya,
membenci orang-orang mukmin dll.
Diantara Dalil-Dalil Al-Mahabbah (Cinta):
Allah Ta'ala berfirman:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. 2 Al-
Baqarah: 165)
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa
diantara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap
lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang
tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela.” (QS. 5 Al-Maa’idah: 54).
Dari Anas Radhiallahu 'Anhu berkata, Rasulullah –
Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam
bersabda:
“Ada tiga perkara yang barang siapa ketiga
perkara itu ada padanya pasti merasakan
manisnya iman: Hendaklah Allah dan RasulNya
lebih ia cintai dari yang selain keduanya,
hendaklah mencintai seseorang yang ia tidak
mencintainya melainkan karena Allah dan
hendaklah ia membenci untuk kembali kepada
kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari
padanya sebagaimana ia membenci (tidak mau)
apabila dimasukkan ke dalam api.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Zuhrah bin Ma’bad dari kakeknya berkata:
Kami bersama Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa
‘Ala Alihi Wa Sallam dan tangan beliau memegang
tangan Umar ibnul Khaththab, lalu berkata
(Umar): “Demi Allah! Sungguh engkau wahai
Rasulullah lebih aku cintai daripada segala
sesuatu kecuali diriku.”
Lalu bersabda Rasulullah–Shallallahu ‘Alaihi Wa
‘Ala Alihi Wa Sallam : “Tidak beriman seorang dari
kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada
dirinya.”
Berkata Umar: “Demi Allah! Engkau sekarang lebih
aku cintai daripada diriku.”
Bersabda Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala
Alihi Wa Sallam: “Sekarang, wahai Umar.”
(HR. Imam Ahmad dan Bukhari).
Dari Ibnu Umar berkata: Aku telah mendengar
Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa
Sallam bersabda: “Apabila kamu telah berjual beli
dengan cara ‘inah, memegang ekor-ekor sapi dan
puas dengan bercocok tanam serta kamu
tinggalkan jihad, pasti Allah akan timpakan
kepadamu kehinaan yang tidak akan dicabutnya
dari kamu sehingga kamu kembali kepada
agamamu.”
(HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad
sahih).
Yang dimasud dengan bai’ul ‘inah (jual beli
dengan cara ‘inah) adalah menjual barang dengan
harga dan tempo yang telah ditentukan kemudian
sebelum jatuh tempo barang tersebut dibeli
kembali oleh sang penjual dengan harga yang
lebih murah agar pembeli barang pertama
mendapat uang kontan akan tetapi dia masih
mempunyai tanggungan. Dinamakan ‘inah dari
kata ‘ain yaitu untuk mendapatkan ‘ain atau uang
kontan. Ini adalah salah satu macam riba.
Yang dimaksud dengan memegang ekor-ekor sapi
dan puas dengan bercocok tanam adalah sibuk
dengan bercocok tanam, berkebun,
mengumpulkan harta dan urusan dunia lainnya
sehingga melupakan urusan agama.
Sepuluh Resep Menggapai Cinta Allah Ta'ala:
Cintailah Allah dan berusahalah untuk menggapai
cintaNya. Inilah beberapa resep yang
menyebabkan seseorang mencintai Allah:
- Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan
memahaminya dengan baik.
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan
shalat sunat sesudah shalat wajib.
- Selalu dzikirullah (mengingat Allah) dalam
segala kondisi dengan hati, lisan dan perbuatan.
- Mengutamakan kehendak Allah di saat
berbenturan dengan kehendak hawa nafsu.
- Menanamkan dalam hati nama-nama dan
sifat-sifat Allah dan memahami maknanya.
- Memperhatikan karunia dan kebaikan
Allah kepada kita.
- Menundukkan hati dan diri ke haribaan
Allah.
- Menyendiri untuk beribadah kepada Allah,
bermunajat dan membaca kitab suciNya di waktu
malam saat orang lelap tidur.
- Bergaul dan berkumpul bersama orang-
orang shaleh, mengambil hikmah dan ilmu dari
mereka.
- Menjauhkan sebab-sebab yang dapat
menjauhkan kita daripada Allah.
Makanya, buruan meraih cinta yang benar
sebelum terlambat, cinta Allah Ta'ala, cinta
RasulNya –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa
Sallam dan cinta berjihad di jalan Allah Ta'ala,
cinta yang mendatangkan kebahagiaan,
kedamaian dan ketenteraman abadi di dunia dan
di akhirat.

Senin, 09 April 2012

cemburu itu bagian dari cinta

Mario Teguh
Jika dia penting bagimu, janganlah malu untuk
mencemburuinya.
Karena itu sebuah tanda baginya, bahwa ia penting
bagimu.
Mario Teguh

Sabtu, 07 April 2012

Selasa, 13 Maret 2012

Daftar Harga Hp Sony Ericsson Terbaru

Fathur-Net: Daftar Harga Hp Sony Ericsson Terbaru (Maret 2012)...: Informasi Daftar harga handphone Sony Ericsson terbaru minggu ini memang sangat dibutukan oleh para pemburu HP Sony. Maka dari itu disini an...

Sabtu, 10 Maret 2012

the solar storm

Komarudinsblogs: Solar Storm's Really There: Why is NASA so worried about solar storms will ....... true that solar storms will occur, we'll never know because it's all the power of ...

MENJAWAB FAITHFREEDOM INDONESIA: DR Zakir Naik menjawab Pertanyaan umum yang sering...

MENJAWAB FAITHFREEDOM INDONESIA: DR Zakir Naik menjawab Pertanyaan umum yang sering...: Jika seorang pria diperbolehkan untuk memiliki lebih dari satu istri, lalu mengapa Islam melarang seorang wanita dari memiliki lebih dar...

Sulit Mencari Dan Menentukan Pasangan Hidup

DUNIA MUSLIM: Sulit Menentukan Pasangan Hidup?: Allah menciptakan manusia berpasan-pasangan, dengan kodratnya yang menyukai lawan jenisnya sebagai wujud rasa cinta yang tertanam dalam hat...

DUNIA MUSLIM: Tanda - Tanda Orang yang Buta Mata hatinya

DUNIA MUSLIM: Tanda - Tanda Orang yang Buta Mata hatinya: KERAJINAN KAMU UNTUK MEMPEROLEHI APA YANG TELAH TERJAMIN UNTUK KAMU DI SAMPING KECUAIAN KAMU TERHADAP KEWAJIPAN YANG DIAMANATKAN MENUNJUK...

Rabu, 07 Maret 2012

Perjalanan: Persahabatan

Perjalanan: Persahabatan: Sebuah perhelatan panjang perjalanan hidup manusia tidak luput dari pergaulan dalam berinteraksi dengan masyarakat dimana kita berada. Maka...

Selasa, 28 Februari 2012

DUNIA MUSLIM: Ya Allah .... Ya Robbi ...

DUNIA MUSLIM: Ya Allah .... Ya Robbi ...: Ya Allah. Ya Robbi ...Ketika aku sengsara, aku mencari sebaik - baiknya penolong. Kini engkupun telah datang padaku dan menemani hari-harik...

Kamis, 16 Februari 2012

Rabu, 15 Februari 2012

we love HIMMATA: DUNIA MUSLIM: Wanita Muslimah

we love HIMMATA: DUNIA MUSLIM: Wanita Muslimah: DUNIA MUSLIM: Wanita Muslimah : Muslimah adalah cermin dari keindahan, kelembutan, dan kasih sayang. Maka seyogyanya keindahan tersebut dija...

DUNIA MUSLIM: Jangan Mendekati Zina

DUNIA MUSLIM: Jangan Mendekati Zina: Buku ini memuat berbagai bahaya yang akan ditimbulkan oleh zina, termasuk proses sebelum zina, yang dalam buku ini disebut "mendekati zina"....

Jumat, 20 Januari 2012